


SILENT DESTRUCTION
Chapter 1
Saat cahaya hangat matahari pagi menembus celah-celah dedaunan dan menyinari ujung ranting, kilau lembutnya tampak berkelap-kelip di permukaan sungai yang mengalir tenang. Sinar itu masuk melalui jendela kamar Azra, gadis remaja yang masih terlelap dalam tidurnya.
Kicauan burung-burung di luar jendela secara perlahan membawanya kembali ke dunia nyata, membangunkannya dari mimpi dengan perasaan samar. Setiap pagi, burung-burung itu seolah menjadi alarm alamiah yang setia menyambut hari-harinya.
Azra menarik napas yang dalam, bangkit dari tempat tidurnya, dengan secepat kilat berlari menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagi yang tidak tergantikan. Namun, ada satu kebiasaan unik yang selalu ia lakukan setiap pagi di sana. Sambil membasuh wajahnya dan membersihkan tubuhnya, ia berdiri tegak, membayangkan dirinya berada di atas panggung, dikelilingi oleh lautan manusia yang mendengarkan setiap katanya.
"Wahai warga yang saya hormati dan saya cinta!" ucap Azra, suaranya menggema di antara dinding kamar mandi. "Saya berdiri di hadapan kalian untuk membuat perubahan, membawa kemajuan, dan menciptakan kesejahteraan! Menghilangkan ketidakadilan dan kemiskinan,—sayalah jawabannya!" Ucapannya mengalir penuh semangat, seperti seorang orator ulung yang tengah menggerakkan hati banyak orang.
Namun, lamunannya terpotong mendadak oleh alarm yang berbunyi. "Astaga!" Azra terkejut, menyadari dirinya telah terbuai oleh pidatonya sendiri terlalu lama. Ia segera menyelesaikan mandinya dengan terburu-buru dan bergegas kembali ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, Azra berdiri di depan cermin besar yang menggantung di dinding. Ia melepaskan handuknya, menatap refleksi dirinya dengan penuh kekaguman. Rambut hitam yang anggun mempesona, matanya menelusuri lekuk tubuhnya, dari dadanya hingga ke pinggulnya yang mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan remaja. Dengan sedikit canda pada dirinya sendiri, ia tersenyum dan berkata, "Aku cantik...dan manis." Ada kekuatan dalam kata-kata itu, seperti mantra kecil yang ia ucapkan untuk meyakinkan dirinya setiap pagi.
Setelah sejenak terhanyut dalam cermin, Azra membuka lemarinya. Di dalamnya, hanya ada beberapa pasang baju, pilihan yang terbatas namun cukup baginya. Hari ini, ia memilih pakaian tukang kebun pakaian yang mengingatkannya akan ayahnya yang mendampingi Azra saat masih kecil, pakaian itu sederhana namun fungsional untuk petualangan yang telah ia rencanakan. Petualangan yang membangkitkan kenangan masa kecilnya bersama sang ayah, ketika mereka berdua sering menjelajahi hutan di sekitar rumah mereka.
Saat mengenakan bajunya, pikirannya melayang pada tanggung jawab lain yang menunggu. "Aku harus memasak daging dan sayuran untuk Paman Jake," gumamnya. Masakan pagi adalah caranya menunjukkan perhatian pada pamannya yang telah merawatnya sejak ayahnya pergi bertugas.
Azra tidak lupa dengan tanggung jawabnya untuk membantu Neo yang selama ini menjadi pendamping setianya di rumah mengisi daya energi di tabung laboratorium ayahnya.
Dengan pelan-pelan Azra menuruni anak tangga, berusaha untuk tidak berisik dan membangunkan pamannya yang masih tertidur. Di dapur, ia mulai bekerja dengan cekatan, menyiapkan wajan dan teflon, mengeluarkan daging, sayuran, dan buah-buahan dari dalam kulkas.
Suara pisau yang memotong sayuran dan gemericik air menjadi musik pagi yang damai dan tenang. Namun, kesunyian itu terpecah oleh bunyi langkah kaki yang datang dari arah ruang tamu.
Ternyata, Paman Jake sudah bangun. Sosoknya yang gagah muncul di ambang pintu dapur. Ia sedang bersiap untuk bekerja, namun langkahnya terhenti saat melihat meja dapur yang sudah penuh dengan makanan yang tampak lezat. "Azra... kau sudah bangun dan menyiapkan semua ini?" tanyanya dengan nada terkejut dan kagum.
Makanan buatan Azra selalu menjadi favoritnya, dan pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, Azra berhasil membuatnya tersenyum puas. Setelah Jake kenyang menikmati sarapannya, ia bergegas mengambil perlengkapan kerjanya dan bersiap untuk pergi.
Sebelum Jake meninggalkan rumah Jakeselalu berpesan kepada Azra untuk tidak pergi kemana-mana selagi sendirian.
Azra pun menjawab dengan lembut, "baik paman, aku selalu dirumah saat kalian tiba"
NEO si android, ikut menemani Jake dalam perjalanan menuju pelabuhan, untuk membawa belanjaan dan kebutuhan sehari-hari. Di tengah jalan yang sepi, NEO dengan suara mekanisnya yang tenang bertanya, "Mengapa Anda melarang Azra pergi jauh dari rumah, Tuan Jake?"
Jake menatap lurus ke depan, suaranya penuh perhatian saat berkata, "Dunia ini berbahaya, NEO. Tingkat kematian manusia meningkat sejak peristiwa luar angkasa itu terjadi. Azra belum siap menghadapi semua ini."
Sementara itu, di rumah, Azra tak bisa menahan rasa penasarannya. Setelah memastikan segala sesuatu di dapur telah selesai, Azra memutuskan untuk memulai petualangannya sendiri. Dengan membawa peralatan yang dianggap penting—termasuk alat pancing elektronik buatannya—Azra melangkah keluar melalui pintu belakang, memasuki hutan yang penuh dengan kenangan sekaligus misteri.
Saat melangkah semakin jauh dari rumah, Azra menikmati keindahan alam di sekitarnya. Hutan di pagi hari adalah dunia yang penuh kehidupan—bunga liar mekar dengan warna-warna cerah, binatang kecil berlarian di antara pepohonan, dan udara segar yang dipenuhi aroma tanah dan dedaunan basah. Namun, tak lama kemudian, lingkungan disekitarnya menjadi gelap seakan-akan hari sudah berganti malam.
Azra yang merasa janggal, berhenti sejenak, menatap langit namun ia tidak dapat melihat yang ada di atasnya karena tertutupi oleh pohon-pohon yang rimbun.
Azra berbicara di dalam hatinya, "Kejadian macam apa itu.. hal tadi belum pernah kurasakan, tidak, tidak wajar, tidak mungkin ada awan mendung yang melaju secepat kilat di atas kepala ku."
Hal ini tidak membuat hati Azra bergetar sedikitpun, ia malah menjadi semakin penasaran untuk melangkah lebih jauh. Ia telah mempersiapkan dirinya dengan baik, membawa peralatan yang bisa melindungi dirinya jika ada bahaya. Dan dengan tekad yang kuat, Azra melanjutkan perjalanannya, menelusuri jejak-jejak di hutan yang kini terasa lebih sunyi.
Di sisi lain, di pelabuhan tempat pangkalan militer Uroboros, situasi berubah menjadi kekacauan. Jake dan NEO tiba hanya untuk menemukan kehancuran yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya. Gedung keamanan telah hancur, beberapa toko terbengkalai, dan warga berlarian dengan wajah penuh ketakutan.
Dengan sigap, tanpa berfikir panjang, Jake segera membantu evakuasi warga yang terluka, membawa mereka masuk ke dalam kapal tempur Uroboros. Suara tangisan dan teriakan histeris mengisi udara, menggetarkan hati setiap orang yang ada di sana.
Seorang kapten mendekati Jake, melaporkan dengan wajah tegang. "Lapor Laksamana, pada tengah malam jam 1 pagi, makhluk reptil yang berukuran sebesar truk tambang, muncul dari kegelapan, menyerang pangkalan militer Uroboros, kami tidak dapat melaporkan kejadian itu karena serangan tersebut terjadi dengan mendadak dan sangat cepat."
Jantung berdebar dengan keras, hati Jake membatu sekejap, terkejut dengan laporan kapten.
Jake langsung memotong pembicaraan kapten dan berkata, "Kalian gila, tidak mungkin selama 5 jam kalian tidak ada yang bisa menghubungi ku"
Kapten Uroboros dengan cepat memotong kembali ucapan Jake, "Mereka tidak bodoh Jake.. monster itu dapat berpikir, mereka bisa menarget menara komunikasi dan merusak semua alat-alat komunikasi kita, hal yang dilakukan hanyalah bertarung, menyerang balik monster itu."
"namun saat kami berhasil menjatuhkan monster itu, dari kabut-kabut air yang menguap, monster yang lebih besar muncul dan menyerang armada kami, monster yang satu ini dapat menahan serangan misil kami dan berhasil melarikan diri, Setelah banyak serangan api mengenai badannya."
Hati Jake mulai diselimuti oleh rasa panik, Jake memerintahkan NEO untuk pergi dari pelabuhan secepat mungkin untuk menyelamatkan Azra yang berada di rumah.
NEO dengan gesit berbalik dan mengeluarkan mesin jet di kakinya, ledakan api muncul mendorong NEO terbang ke langit. Sesampainya di rumah, NEO langsung bergegas mencari keberadaan Azra. Ia memeriksa setiap ruangan—kamar tidur, kamar mandi, dapur, bahkan ruang bawah tanah—namun hasilnya tidak ada. Azra tidak ditemukan di mana-mana.
Sistem keamanan NEO mulai meningkat, NEO mengeluarkan sensor dan analisis kejadian untuk memprediksi perilaku dan tindakan Azra, hingga akhirnya matanya tertuju pada pintu belakang yang sedikit terbuka, mengarah ke hutan.
Contact :
Azimamoyo@gmail.com
© 2024. All rights reserved.