Check our store

CURSED WAR

Chapter 12

Di tengah hiruk-pikuk Perang Dunia II, umat manusia merasakan derita yang luar biasa. Setiap negara mengerahkan seluruh kekuatan, bertarung habis-habisan demi bertahan hidup atau mengamankan kemenangan. Namun, di balik kekacauan itu, di Eropa, ambisi terbesar tersimpan dalam benak seorang Jenderal besar Jerman. Ia tidak hanya menginginkan kemenangan, melainkan dominasi total atas dunia. Pasukan dan taktik militer yang dimilikinya dianggap belum cukup untuk mewujudkan impiannya yang luar biasa. Ia membutuhkan sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya.

Dalam keheningan markas bawah tanahnya, Jenderal besar itu mengeluarkan perintah rahasia. Pilar-pilar jenderalnya, tangan kanan yang setia, ditugaskan untuk mengumpulkan ilmuwan terbaik dari seluruh penjuru bumi. Negara-negara yang sudah tunduk pada kekuasaannya, seperti Prancis, Polandia, Belanda, hingga sekutunya Jepang, dipaksa menyerahkan para cendekiawan terbaik mereka. Para ilmuwan itu disatukan dalam sebuah organisasi rahasia yang dikendalikan langsung oleh pemerintahan Jerman—sebuah organisasi intelijen super. Tujuannya? Untuk menciptakan teknologi paling canggih, senjata yang tidak hanya menghancurkan musuh, tetapi menundukkan seluruh dunia dalam ketakutan.

Awalnya, para ilmuwan merasa enggan. Mereka tahu tugas ini bukan sekadar tantangan ilmiah, melainkan jalan berbahaya yang bisa menghancurkan umat manusia. Namun, Jenderal besar punya cara untuk meyakinkan mereka. Janji kehidupan mewah, kekayaan yang melimpah, kekuasaan tanpa batas, serta kebebasan dari segala hukum yang ada, membuat banyak ilmuwan akhirnya menyerah. Namun, bukan tanpa paksaan. Mereka tahu bahwa menolak berarti kematian. Beberapa ilmuwan yang mempertahankan integritas mereka tewas di tangan Pilar Jenderal, mati ditembak di depan rekan-rekannya sebagai contoh.

Setelah organisasi intelijen super terbentuk, pekerjaan dimulai. Setiap ilmuwan berlomba-lomba menciptakan inovasi yang luar biasa. Hiru Makio, ilmuwan jenius asal Jepang, menciptakan sebuah senjata yang belum pernah ada sebelumnya—sebuah senapan jarak jauh yang mampu menembakkan sinar laser dari baja kapal perang, menghancurkan pulau ribuan kilometer jauhnya dalam hitungan detik, menggunakan tenaga atom dan surya. Senjata itu pertama kali digunakan untuk menaklukkan Belgia. Pangkalan militer Belgia dihancurkan satu per satu, membuat negeri itu lemah dan akhirnya tunduk pada kekuasaan Jerman. Hiru, yang awalnya dihantui ketakutan, kini merasa lega dan bangga. Ia telah selamat dari ancaman maut dan menikmati imunitas serta kekayaan yang dijanjikan.

Namun, di balik kebanggaan itu, persaingan semakin memanas. Para ilmuwan lain merasa tertantang oleh pencapaian Hiru. Di antara mereka, Akona Tresa, seorang ilmuwan dari Eropa, dikenal karena kejeniusannya yang jauh melampaui batas pemikiran manusia biasa. Akona mencetuskan ide yang mengguncang para ilmuwan lain: teleportasi. Ia meyakini bahwa pergerakan instan dari satu tempat ke tempat lain bisa diwujudkan melalui sebuah sinyal mega yang dihubungkan ke portal. Namun, ada satu masalah—dampak dari teknologi ini bisa mengganggu kestabilan alam semesta dan menciptakan kehancuran yang jauh lebih besar, mungkin bahkan kiamat.

Meski mendapat peringatan keras dari rekan-rekannya, Akona tetap melanjutkan penelitiannya. Baginya, ini adalah kunci bagi Jerman untuk menguasai dunia. Dengan teleportasi, pemimpin-pemimpin dunia bisa disergap dalam sekejap, tanpa peringatan. Jenderal besar Jerman terkejut mendengar rencana ini, namun di balik keterkejutannya ada rasa gembira yang tak terlukiskan. Ia sadar bahwa dengan teknologi ini, dunia akan jatuh dalam genggamannya.

Segera, seluruh sumber daya negara diarahkan untuk mewujudkan proyek ini—proyek Retcon, yang dijuluki "Star Gate". Pasukan dikerahkan ke pelosok bumi untuk mengumpulkan material langka, tanpa peduli nyawa yang hilang. Selama dua tahun, proyek ini menguras tenaga, waktu, dan kehidupan banyak orang. Namun, akhirnya mesin itu tercipta, sebuah mesin dengan kekuatan supernatural yang mampu menembus dinding dimensi dan merusak keseimbangan dunia.

Upacara besar digelar ketika Retcon siap diaktifkan. Jutaan tentara Jerman berbaris rapi, pilar-pilar jenderal berdiri tegak, dan sang Jenderal besar, penuh kebanggaan, menyaksikan dari atas panggung. Mesin Retcon berdiri menjulang, sebuah monumen dari ambisi tak terbatas. Ketika mesin itu diaktifkan, bumi yang tadinya terang mendadak gelap. Panas berubah menjadi dingin, dan seluruh cahaya di sekitar terserap ke dalam mesin. Hanya dalam hitungan detik, cahaya yang sangat terang meledak dari pusat mesin, memancarkan gelombang energi yang membelah langit dan menembus atmosfer, hingga jauh ke angkasa.

Dalam keheningan yang menakutkan, gelombang besar itu menciptakan riak di dalam inti bumi, mengubah planet ini menjadi sebuah arloji yang tak terduga. Retcon telah mengirimkan sinyalnya, sinyal yang mungkin tidak hanya mengubah nasib dunia, tetapi juga nasib alam semesta. Dunia telah berubah, dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.

Langit yang kelam tiba-tiba terbelah oleh kehadiran sebuah benda raksasa yang perlahan mendekati Bumi. Tidak ada yang menyangka, bahkan dalam mimpi terliar sekalipun, bahwa sebuah objek sebesar planet muncul dari kegelapan angkasa, menggantung di atas Bumi seperti mangkuk terbalik. Ukurannya mengerikan, hampir setengah dari planet kita, membuat segala sesuatu di bawahnya tampak kecil dan tak berarti.

Suara gemuruh terdengar dari seluruh penjuru dunia ketika benda itu semakin mendekat. Keheningan di medan perang pun pecah oleh ketakutan dan keterkejutan. Para tentara yang sedang berperang—dalam satu momen singkat—meletakkan senjata mereka. Mereka, yang sebelumnya saling membunuh demi tanah dan kekuasaan, kini berdiri dalam ketakutan bersama, menyaksikan benda asing itu dengan napas tertahan.

“Apa ini akhir dunia?” tanya banyak orang dalam hati. Tak ada jawaban, hanya rasa ngeri yang merayap di dada setiap manusia yang menyaksikan pemandangan itu.

Saat benda raksasa itu semakin mendekat, pipa-pipa baja raksasa mulai muncul dari permukaannya, seperti tentakel mekanis yang perlahan menjulur dan menancap ke tanah. Setiap pipa menyerap sumber daya dari Bumi—air, energi, dan bahkan kekayaan mineral.

Bumi yang sudah terluka oleh perang kini mengalami luka yang jauh lebih dalam. Tsunami raksasa, gempa dahsyat, dan badai hebat datang bertubi-tubi, memporak-porandakan kota-kota pesisir dan menenggelamkan daratan. Jutaan manusia tewas dalam hitungan hari. Bangunan runtuh, dan kota-kota besar hancur menjadi reruntuhan. Kekacauan melanda seluruh dunia, dan ketakutan menyelimuti setiap sudut peradaban yang tersisa.

Selama beberapa hari yang mengerikan, setiap negara berusaha untuk mengevakuasi warganya, melindungi yang tersisa dari serangan benda asing itu. Namun, semua usaha tampak sia-sia. Bencana alam yang ditimbulkan semakin memperburuk keadaan. Lalu, puncaknya tiba ketika sebuah jembatan raksasa muncul dari benda seperti mangkuk itu, menancap ke permukaan Bumi dengan suara gemuruh yang menggetarkan langit dan tanah. Dari jembatan itu, ribuan makhluk aneh mulai turun, seperti arus pasukan dari dimensi lain. Mereka bukan manusia—tapi juga bukan binatang.

Devon, seorang pemimpin pasukan dari Eropa, berdiri di garis depan saat ia pertama kali melihat sosok mereka dari jauh. “Mereka membawa monster terbang... binatang yang bisa menyemburkan api... Naga,” katanya, suaranya tercekat oleh rasa ngeri.

Makhluk-makhluk itu—kita menyebutnya “alien penyihir”—memiliki bentuk yang mirip manusia, namun dengan perbedaan yang mencolok. Telinga mereka lentik dan tajam, tubuh mereka tampak lebih anggun namun kuat. Mereka tak hanya bersenjata, tetapi juga memiliki kekuatan aneh yang belum pernah kita lihat.

Dengan satu gerakan tangan, mereka bisa mengendalikan elemen-elemen alam. Petir, api, bahkan angin tunduk pada perintah mereka. Aura misterius mengelilingi setiap langkah mereka, seolah-olah mereka terbungkus energi yang tak bisa dijelaskan oleh sains Bumi. Dari kata-kata dan gerakan mereka, muncul kekuatan gaib—kutukan, senjata mistis, dan keajaiban yang tidak dapat dipahami.

Peneliti mulai mempelajari mereka di tengah kekacauan itu. Para alien penyihir ternyata terbagi dalam tiga bangsa: Dark, Light, dan Hybrid. Setiap bangsa memiliki kekuatan yang unik. Bangsa Dark terkenal dengan kemampuan memanipulasi kegelapan dan energi destruktif.

Bangsa Light memegang kendali atas elemen terang dan kekuatan penyembuhan yang luar biasa. Sementara bangsa Hybrid—campuran dari keduanya—menjadi ancaman terbesar dengan kemampuan yang tidak terbatas oleh salah satu elemen.

Perang antara manusia dan penyihir alien ini berlangsung selama puluhan tahun. Bumi berubah menjadi medan pertempuran tanpa akhir, sebuah neraka di mana manusia berjuang untuk bertahan hidup di bawah ancaman invasi yang tak pernah berakhir.

Setiap hari ribuan orang jatuh di medan perang, dan populasi manusia menyusut drastis. Lima puluh persen umat manusia tewas, baik karena pertempuran langsung maupun akibat bencana alam yang diciptakan oleh benda raksasa itu. Senjata modern yang pernah digunakan dalam Perang Dunia II kini menjadi langka. Sumber daya habis, mesin-mesin perang rusak, dan amunisi tak lagi mencukupi.

Manusia yang pernah berperang satu sama lain kini bersatu, tetapi persatuan itu datang terlambat. Seluruh armada militer yang tersisa telah digunakan untuk menghancurkan satu sama lain selama perang dunia. Kini, senjata-senjata yang tersisa terlalu sedikit, dan kekuatan alien penyihir terlalu besar. Di hadapan kekuatan magis yang menentang hukum fisika, mesin-mesin perang Bumi terlihat tak berguna.

Perang ini, bukan lagi sekadar perang fisik. Ini adalah perang antara dunia manusia dengan dunia mistis, antara teknologi dan sihir, antara kelangsungan hidup dan kepunahan. Di bawah bayangan benda asing raksasa yang masih menggantung di langit, nasib Bumi tergantung pada pertarungan terakhir yang belum selesai. Manusia, di ambang kehancuran, kini hanya punya satu pilihan—melawan sampai akhir atau menerima nasibnya yang tragis.

Contact :

Azimamoyo@gmail.com

© 2024. All rights reserved.